Konstributor Emisi Karbon Biru
Freude Hutahaean
7/3/20251 min read
Sektor yang Berkonstribusi pada Emisi Karbon Biru
Transportasi Laut (Kapal Komersial dan Nelayan)
Aktivitas kapal komersial, seperti kapal kargo dan tanker, serta perahu nelayan yang menggunakan bahan bakar fosil (terutama minyak diesel), menyumbang emisi karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NOx). Kapal-kapal ini sering kali menyebabkan polusi udara dan tumpahan minyak yang mencemari perairan laut. Menurut data, emisi dari transportasi laut merupakan salah satu ancaman besar bagi ekosistem laut karena emisi gas rumah kaca (GRK) dan polutan lainnya.
Industri dan Manufaktur
Industri di wilayah pesisir, seperti pengolahan minyak dan gas, kilang minyak, pembangkit listrik, serta industri kimia dan manufaktur, menghasilkan emisi GRK yang signifikan. Proses seperti pembakaran bahan bakar fosil, pembuangan air pendingin boiler dan produksi bahan kimia menghasilkan CO2, metana (CH4), dan polutan lainnya
Penebangan Hutan Mangrove dan Alih Fungsi Lahan Pesisir
Konversi hutan mangrove untuk tambak udang, perkebunan, atau pembangunan infrastruktur pesisir (misalnya pelabuhan atau kawasan industri) melepaskan karbon yang tersimpan dalam biomassa mangrove. Indonesia adalah salah satu penyumbang emisi terbesar dari sektor alih fungsi lahan, termasuk di wilayah pesisir, dengan emisi mencapai 930 juta ton per tahun dari konversi lahan (19,9% dari total emisi global sektor ini).
Aktivitas Perikanan dan Akuakultur
Budidaya perikanan (akuakultur), khususnya tambak udang dan ikan di wilayah pesisir, menghasilkan emisi metana (CH4) dari limbah organik dan penggunaan pupuk. Selain itu, penggunaan perahu bermotor untuk aktivitas penangkapan ikan juga menyumbang emisi CO2.
Pertambangan dan Pengeboran Lepas Pantai
Kegiatan penambangan minyak dan gas alam di lepas pantai, seperti di Laut Natuna, Selat Makassar, dan perairan lepas pantai Kalimantan Timur, menghasilkan emisi CO2 dan metana dari proses pengeboran, gas flaring, dan kebocoran. Tumpahan minyak dari aktivitas ini juga mencemari laut dan meningkatkan dampak lingkungan.
Polusi Plastik dan Limbah Pesisir
Meskipun bukan penyumbang emisi GRK secara langsung, polusi plastik dan limbah organik di wilayah pesisir berkontribusi pada pengasaman laut (akibatnya peningkatan CO2 di air laut) dan gangguan ekosistem, yang memperburuk dampak perubahan iklim. Polusi ini berasal dari aktivitas manusia di wilayah pesisir, termasuk pembuangan sampah yang tidak terkelola.
Polusi plastik adalah salah satu penyumbang terbesar, terutama dari alat nelayan yang ditinggalkan (ALDFG dan EOLFG) dan plastik sekali pakai (SUP). Menurut laporan Bank Dunia, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton limbah plastik setiap tahun, dengan 4,9 juta ton dikelola secara buruk (uncollected, dibuang di tempat terbuka, atau bocor dari landfill). Dari jumlah ini, 346,5 kton/tahun masuk ke lingkungan laut, dengan 83% melalui sungai dan 17% langsung dari area pesisir.